A. Kreativitas
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996), kreativitas bermakna kemampuan untuk mencipta; daya cipta;
perihal berkreasi. Pada definisi yang searah, kreativitas yang berasal dari
kata kreasi berarti hasil daya cipta; hasil daya khayal; hasil ciptaan buah
pikiran atau kecerdasan akal manusia. Definisi tersebut merupakan landasan
pemaknaan istilah kreativitas yang bertolak dari potensi kecerdasan yang ada
dalam diri manusia. Menurut Chaplin (1999) kreativitas bermakna kemampuan
menghasilkan bentuk baru dalam seni atau dalam permesinan, atau dalam
memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru. Menurut Wikipedia, kreativitas adalah
proses mental yang melibatkan pemunculangagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan
konsep yang sudah ada. Dari sudut pandangkeilmuan,
hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya
dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Definisi-definisi tersebut
cenderung memberi makna kreativtias yang mengarah kepada dimensi psikologis
manusia secara umum.
Secara khusus, Roger B. Yepsen Jr. (dalam Djunaedi, 2005) mengatakan bahwa kreativitas merupakan kapasitas untuk membuat hal yang baru (creativity is the capacity for making something new). Menurut Mihaly Csikszentmihalyi (dalam Djunaedi, 2005) orang yang kreatif adalah orang yang berpikir atau bertindak mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru (a create person is someone whose thoughts or actions change a domain, or establish a new domain). Berdasarkan pendapat itu dapat disimpulkan bahwa individu yang kreatif adalah individu yang memiliki kemampuan untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan, ide-ide baru sebagai pengembangan dari ide-ide yang telah lahir sebelumnya, memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang) berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang dikuasai.
Bertolak dari definisi tersebut, penulis melihat adanya relevansi yang signifikan antara kreativitas dan potensi kecerdasan, dalam hal ini pada aspek berpikir manusia.Pengolahan dan hasil daya cipta yang berkualitas berasal dari pengasahan potensi kecerdasan secara kontinu dan intensif. Proses mengasah kecerdasan itulah yang melibatkan proses berpikir manusia untuk akhirnya menciptakan hal-hal; gagasan-gagasan baru yang otentik.
Prijosaksono dan Sembel (2002) berpendapat bahwa ada baiknya kita mengetahui bagaimana proses atau cara berpikir kita secara individual sehingga kita bisa mengoptimalkan cara otak memproses informasi. Hal itu berimplikasi untuk menemukan jalan dan memecahkan masalah maupun memunculkan gagasan-gagasan tertentu. Mereka berpandangan keterkaitan antara potensi berpikir, otak, dan kecerdasan menjadi faktor determinan untuk menstimulasi pengembangan kreativitas. Berikut ini adalah klasifikasi Prijosaksono dan Sembel (2002) untuk mengetahui proses atau cara berpikir manusia berdasarkan tipologi berpikir yang berkaitan dengan proses kreativitas.
B. Tipologi Berpikir Manusia
Untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana kita memproses informasi, kita dapat menggunakan model yang dikembangkan oleh Anthony Gregorc, seorang pakar bidang pendidikan dan pengajaran di Universitas Connecticut. Menurutnya ada dua kemungkinan dominasi otak, yaitu: persepsi konkret dan abstrak, dan kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak (nonlinear).
Kedua kemungkinan dominasi otak ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok yang disebut dengan cara berpikir kita. Gregorc (dalam Prijosaksono dan Sembel, 2002) menyebut model cara berpikir ini: sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, acak abstrak. Orang yang termasuk dua kategori ”sekuensial” cenderung memiliki dominasi otak kiri (logis, analitis, sekuensial, linear dan rasional), sedang orang-orang yang berpikir secara ”acak (random) biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan (acak, tidak teratur, intuitif dan holistik).
Teori tersebut relevan dengan pembagian fungsi dan
kerja otak kiri dan kanan secara umum. Berikut ini adalah ilustrasi tipologi
kerja otak berdasarkan aktivitas kerja individu yang berkaitan dengan
aspek-aspek kognitif, afektif, dan motorik.
Fungsi Otak Kiri dan Kanan
Sumber: library.thinkquest.org
Sumber: library.thinkquest.org
Berdasarkan teori tersebut tampak bahwa belahan otak manusia mempengaruhi proses kerja berpikir. Setiap individu cenderung untuk beraktivitas sesuai dengan dominasi belahan otak yang ia gunakan untuk berpikir. Berikut adalah penjelasan dominasi kerja otak manusia berdasarkan teori Gregorc (dalam Prijosaksono dan Sembel, 2002), yaitu tipePemikir Sekuensial Konkret, Pemikir Sekuensial Abstrak,Pemikir Acak Konkret, dan Pemikir Acak Abstrak.
1. Pemikir Sekuensial Konkret
Pemikir sekuensial konkret memperhatikan dan mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap, dan berusaha mencapai kesempurnaan. Mereka selalu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan berdasarkan fakta atau kenyataan dan mengolah informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para sekuensial konkret, realitas terdiri dari apa yang mereka ketahui melalui indra fisik mereka, yaitu: indra penglihatan, peraba, pendengaran, perasa dan penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah, dan mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan dengan mudah. Orang sekuensial konkret selalu mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka menyukai prosedur baku dan pengarahan. Karena kebanyakan dunia bisnis diatur dengan cara ini, mereka menjadi profesional bisnis yang sangat baik.
2. Pemikir Sekuensial Abstrak
Realitas bagi pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Proses berpikir mereka logis, rasional dan intelektual. Aktivitas favorit pemikir sekuensial abstrak adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya dengan mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebab di balik akibat dan memahami teori serta konsep. Para pemikir sekuensial abstrak biasanya adalah filsuf-filsuf besar dan ilmuwan.
3. Pemikir Acak Konkret
Pemikir acak konkret mempunyai sikap eksperimental yang
diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Seperti pemikir sekuensial
konkret, mereka berdasarkan pada fakta dan kenyataan, tetapi ingin melakukan
pendekatan coba-coba (trial and error). Karenanya, mereka sering melakukan
lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif yang sebenarnya.
Mereka mempunyai dorogan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala
sesuatu dengan cara mereka sendiri. Mereka lebih berorientasi pada proses
daripada hasil; akibatnya, proyek-proyek sering tidak berjalan sesuai dengan
yang mereka rencanakan karena eksplorasi dan kemungkinan-kemungkinan yang
muncul selama proses.
4. Pemikir Acak Abstrak
Bagi para pemikir acak abstrak, realitas adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa bahkan sebagian cenderung pada mistisisme. Pemikir acak abstrak menyerap ide-ide, informasi, dan kesan, kemudian mengaturnya dengan refleksi. Umumnya sastrawan merupakan tipe pemikir acak abstrak. Mereka mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan. Mereka merasa dibatasi ketika berada di lingkungan yang sangat teratur sehingga biasanya tidak betah bekerja di bank atau sejenisnya.
C. Tahap-Tahap Kreativitas
Setelah mengetahui tipologi berpikir manusia di atas, proses kreatvitas juga memiliki tahapan. Tahapan proses berpikir kreatif merupakan suatu sistematika berperilaku yang inovatif dalam menghasilkan solusi dari sebuah masalah. Berkaitan dengan hal itu, Papu (2001), secara umum tahapan kreativitas dapat dibagi dalam 4 tahap: Exploring, Inventing, Choosingdan Implementing.
1. Exploring. Pada tahap ini individu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang ingin dilakukan dalam kondisi yang ada saat ini. Sekali mereka mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut maka proses kreativitas sudah dimulai. Hal penting yang harus diperhatikan pada saat ini adalah menciptakan iklim yang menunjang proses berpikir kreatif.
2. Inventing. Pada tahap ini, sangat penting bagi individu untuk melihat atau mereview berbagai alat, teknik dan metode yang telah dimiliki yang mungkin dapat membantu dalam menghilangkan cara berpikir yang tradisional.
3. Choosing. Pada tahap ini individu mengidentifikasi dan memilih ide-ide yang paling mungkin untuk dilaksanakan.
4. Implementing. Tahap akhir untuk dapat disebut kreatif adalah bagaimana membuat suatu ide dapat diimplementasikan. Seseorang bisa saja memiliki ide cemerlang, tetapi jika ide tersebut tidak dapat diimplementasikan, maka hal itu menjadi sia-sia saja.
D. Aktualisasi Tipe Berpikir pada Tahapan Aktivitas
Kreatif
Berdasarkan landasan teori di atas, penulis mencoba
memaparkan sintesis teoritik tentang pengembangan kreativitas individu.
Sintesis tersebut mengacu kepada tipologi berpikir manusia yang diterapkan ke
dalam tahapan bekerja kreatif. Tujuan sintesis ini adalah mencoba memberikan
langkah-langkah praktis kepada publik untuk mengenali tipologi berpikirnya dan
diaktualisasikan ke dalam aktivitasnya sehari-hari. Berikut ini adalah
saran-saran yang praktis pada masing-masing tipologi berpikir individu untuk
mengembangkan proses bekerja yang kreatif.
- Pemikir Sekuensial Konkret
Kepada
individu tipe pemikir sekuensial konkret dibutuhkan langkah-langkah bekerja
yang penuh perencanaan, memperhatikan detil peralatan dan perlengkapan dalam
bekerja dan beraktivitas. Untuk tipe ini, perlu dilakukan latihan penginderaan
secara intens terhadap berbagai stimulus. Setelah itu, individu dengan tipe ini
sebaiknya membuat deadline kerja secara disiplin. Faktor lain yang cukup
penting adalah mengklasifisikan tugas menjadi tahap-tahap yang sistematis dan
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. Jika individu dengan tipe ini
memperhatikan aspek-aspek tersebut maka lebih mudah untuk menciptakan ide-ide
atau gagasan kreatif dalam aktivitasnya.
- Pemikir Sekuensial Abstrak
Individu
dengan kecenderungan tipe pemikir sekuensial abstrak disarankan agar melatih
diri untuk berpikir secara teoritik dan menemukan bahan dan rujukan yang
berkaitan dengan situasi yang sedang dihadapi. Di sisi lain penting untuk
merumuskan keteraturan bekerja, merumuskan ide dengan tabulasi dan grafik.
Untuk individu dengan tipe berpikir ini, masalah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas itu bisa diatur lebih fleksibel dibanding tipe pemikir
sekuensial konkret.
- Pemikir Acak Konkret
Individu
dengan tipe ini disarankan untuk merumuskan berbagai pertanyaan tentang sesuatu
yang dipelajarinya dengan melihat dari berbagai sudur pandang. Setelah
pertanyaan disusun temukan jawaban sementara dari pertanyaan tersebut dalam
proses yang berkesinambungan. Jika mencapai kondisi jenuh, lakukan
kegiatan-kegiatan lain yang rileks. Terakhir, temukan teman-teman diskusi yang
menghargai pemikiran divergen sebagai dukungan atau motivasi.
- Pemikir Acak Abstrak
Individu
dengan tipe ini disarankan untuk memvisualisasikan idenya dalam bentuk
metafora, cerita lucu, dan ungkapan-ungkapan kreatif dalam beraktivitas. Selain
itu, disarankan untuk bekerja dengan konsep-konsep umum dan beralih kepada
detil-detil yang ada. Gunakan juga isyarat-isyarat visual yang bisa ditempel di
tempat-tempat yang mudah dilihat. Individu tipe ini disarankan agar beraktivitas
dengan deadline yang sangat fleksibel; tidak kaku.
Di sisi lain, individu pada setiap tipologi berpikir
membutuhkan tahap refreshing dalam berpikir dan beraktivitas
yang bertujuan menghasilkan ide-ide baru. Menurut Nashori (2007) diceritakan
oleh ahli psikologi, salah satunya adalah Utami Munandar, bahwa saat manusia
berpikir dan merasa mentok, maka sebaiknya ia berhenti
berpikir. Saat berhenti berpikir, seseorang biasanya mencari aktivitasrefreshing yang
mudah, ringan (seperti merokok, berkebun, mencuci baju, bermain game di
komputer, dan sebagainya). Saat otak beristirahat berpikir, ada kesempatan bagi
otak untuk mengorganisasikan informasi yang tadinya ruwet bak benang kusut.
Situasi ini disebut fase inkubasi/istirahat. Bila istirahat cukup—dan apalagi
kalau seseorang banyak beribadah kepada Allah sebagaimana diterangkan ahli-ahli
psikologi Islami, maka seseorang akan mudah memperolehenlightmnet atau
pencerahan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila
individu yang sering me-refresh otaknya lebih mudah menghasilkan
ide-ide kreatif. Tentu saja, individu-individu yang menjaga kontinuitas ibadah
dan ketenangan aspek psikologisnya melalui teknik-teknik rileksasi sederhana
adalah mereka yang sangat potensial menghasilkan ide-ide baru dalam berbagai
dimensi kehidupan, baik dalam kehidupan akademik, politik, maupun organisasi.
E. Kesimpulan
Kreativitas manusia melibatkan unsur kecerdasan
individu. Hal itu secara langsung berkaitan dengan proses berpikir. Proses
berpikir individu memiliki kemiripan dengan kepribadian, yaitu memiliki
kecenderungan tipikal yang unik.
Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman yang utuh untuk
mengembangkan proses kreatif berdasarkan tipe berpikir individu. Dengan melatih
diri sesuai tipologi berpikir individu diharapkan dapat mengaktivasi kemampuan
berpikir yang dimiliki individu dalam beraktivitas. Lebih jauh lagi, individu
dapat menghasilkan hal-hal baru secara inovatif dan kreatif berdasarkan tipe
berpikir masing-masing.
Daftar Pustaka
Chaplin, J, P. 1999. Kamus Psikologi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Djunaedi,
D. 2005. Mengembangkan Kreativitas Siswa Dalam Belajar. Harian
Pikiran Rakyat edisi 10 Januari 2005
Nashori, F. 2007. Memahami
Bahril, Memahami Datuk Hitam (makalah bedah buku Datuk Hitam).Yogyakarta
Prijosaksono, A dan Sembel, R. 2002. Menjadi
Kreatif dan Produktif. Harian Sinar Harapan, 2002
Papu, J.
2001. Menumbuhkan Kreativitas di Tempat Kerja. www.
e-psikologi.com.
Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta
Wikipedia, Kreativitas.
www. id.wikipedia.org